Selasa, 01 September 2015

Act My Age



           Akhir2 ini gue seneng banget denger lagunya One Direction yang judulnya Act My Age. Meski nggak begitu mudeng sama arti liriknya dan pas ngomong “act my age” nggak begitu jelas, tapi arti pada judulnya itu motivasi banget, udah gitu suara dan muka penyanyinya yang cakep2, nadanya juga keren bikin nggak bosen2 dengerin nih lagu.

            Bayangin aja kalau loe denger2 kata Act My age yang berarti aksikan umurmu. Itu kan berarti menandakan bahwa kita diwajibkan buat mengaksikan diri kita, mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada diri kita, dan pokoknya manfaatkan umur kita gitu selagi kita masih hidup.
            Meskipun di lagunya berceritakan tentang cinta, tapi “act my age” nggak harus selalu tentang cinta. Segala yang ada dalam hidup kita bisa kita aksikan agar umur kita nggak sayang. Nah, di situ mengapa gue suka banget sama ini lagu.
            Dan ngomong2 soal ‘act my age’, gue jadi inget bahwa selama ini gue kurang menikmati hidup gue. Gue keseringan galau. Makanya, gue sering namain diri gue kurang piknik. Gue nggak kaya temen2 gue terutama anak tetangga2 gue yang seumuran ama gue. Mereka bisa hidup normal kaya remaja biasa. Sekolah biasa aja, pacaran sebosannya. Meskipun mereka monoton banget. Pasti gini deh alur hidup mereka. Sekolah di SMK. Udah gitu lulus langsung kerja merantau di Jakarta. Nggak sampai setahun mereka nikah.
            Yang gue heranin dari pernikahan mereka adalah kenapa setelah jauh2 ke Jakarta dapet jodo juga sekitar2 Jawa Tengah. Kemudian gue berpikir, bahwa keakraban dan pertemanan mereka karena senasib sepenanggungan, sama2 merantau, dan sama2 orang Jawa gitu. So far so good, mereka tambah akrab, kemudian muncul ‘witing tresna jalaran seka kulina’, ya sudah mereka naik ke pelaminan, dah gitu aja.
            Ada juga yang sudah sampai perncapaian sebagai batasan mereka sudah bisa nikah. Adalah ketika mereka bisa merenovasi rumah mereka yang di kampung dan sudah bisa membeli motor. Nah, kalau udah sampai kaya gitu, mereka boleh nikah. Hehehehe, gue bisa ngomong gitu karena banyak fenomenanya di sekitar rumah gue.
            Yang membuat gue pilu adalah ketika lebaran. Rumah2 tetangga gue bagus2. Kadang2 di depannya juga ada Xenia-nya yang nggak tahu itu rental, beli nyicil, atau beli cash. Ironi sama rumah gue yang kaya gitu2 aja. Bayangin aja, anak mereka udah besar2, nggak sedikit juga yang udah nikah. Mereka sudah bisa membalas perjuangan orang tua mereka. Nggak kaya gue, ortu gue cuman punya anak dua. Kuliah semua. Gue sih berharapnya bisa lebih sukses dari mereka dan jodoh yang sesuai dengan kualitas diri gue.
Bukannya suudzon ya, mereka semua yang merantau itu nggak semua sukses kok. Jadi kesuksesan tetangga gue kadang juga ada yang nggak ‘sebenarnya’. Kalau gue bilang sih sukses nggak tulen, semu doang. Kan tujuannya mereka adalah bukan sukses yang kaya gimana. Yang jelas mereka bisa ‘kelihatan’ sepadan dengan kesuksesan orang lain yang sama2 merantau juga. Apalagi yang lulus sekolahnya bareng terus berangkat ke Jakarta-nya bisa bareng, selisih satu dua bulan. Jangan mau kalah dong! Harga diri! ‘Mereka bisa beli motor mobil, gue harus juga bisa.’ Hahaha :D
            Loe tahu nggak sih? Di tempat tinggal gue banda/materi itu ukuran. Yang berkualitas itu yang berbanda. Dan setiap ada kabar berita, tranding topicnya itu nyebarnya lebih cepet ketimbang twitter. Setiap ada gosip lebih cepet ketimbang acara infotaiment. Mana pada kepo2 banget lagi. Heran juga, yang nemuin istilah ‘knowing every particular object’ itu udah pasti orang kota kan? Karena pakai bahasa Inggris. Padahal loe sadar nggak? Istilah itu lebih diaplikasikan ama orang desa ketimbang orang kota, ya nggak? Hehehe :D
            Dan gue observasi, tetangga2 gue yang baru pulang di Jakarta itu jadi menstruasi semua. Nggak cewek nggak cowoknya. Loe tahu sendiri kan, kalau pas musim lebaran gitu kan pasti pulangnya ya sebelum lebaran atau pas puasa gitu. Tapi mereka pada nggak puasa, kerjaanya tiap hari ke pasar beli bakso atau makan di depan rumah.
            Alah udah ah, jangan kebanyakan ngomongin tetangga gue. Inti dari celoteh ini adalah bahwa gue cuman salut sama mereka yang pada bisa ‘act my age’ di umurnya. Meski kesannya monoton, melakukan suatu hal yang seimbang di umurnya adalah suatu hal yang membahagiakan, dan yang jelas mengaksikan diri mereka dengan cara yang mereka suka adalah statement yang gue suka dari mereka. Yah penting lakukan ‘luwes’ menurut lingkungan sekitar loe! Beda dikit nggak papa, semisal lainnya habis SMK yah kerja. Yah gue kuliah meski  dengan beasiswa (hihihi satu2nya yang gue banggain dari diri gue kalau dibandingan ama tetangga gue). So, buat tetangga gue, silakan saja pamer2an, puaskan diri loe dengan apa yang loe inginkan, asal nggak sampai melakukan perbuatan yang nggak ‘luwes’ di norma, adat, dan agama loe!

1 komentar: